Jumat, 01 Agustus 2014

Serat Darmagandhul

Memahami Serat Darmagandhul dan karya-karya leluhur kita dibutuhkan kearifan dan toleransi yang tinggi, karena mengandung nilai kawruh Jawa yang sangat tinggi. Jika belum matang beragama maka akan muncul sentimen terhadap agama lain. Tentu ini tidak kita kehendaki. Tiada maksud lain dari saya kecuali hanya ingin mengungkap fakta dan membedah warisan leluhur dari pendekatan spiritual dan historis. 

Dalam serat Darmagandhul ini saya hanya ingin menyoroti ucapan-ucapan penting pada pertemuan antara Sunan Kalijaga, Prabu Brawijaya dan Sabdo Palon di Blambangan. Pertemuan ini terjadi ketika Sunan Kalijaga mencari dan menemukan Prabu Brawijaya yang tengah lari ke Blambangan untuk meminta bantuan bala tentara dari kerajaan di Bali dan Cina untuk memukul balik serangan putranya, Raden Patah yang telah menghancurkan Majapahit. Namun hal ini bisa dicegah oleh Sunan Kalijaga dan akhirnya Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Karena Sabdo Palon tidak bersedia masuk agama Islam atas ajakan Prabu Brawijaya, maka mereka berpisah. Sebelum perpisahan terjadi ada baiknya kita cermati ucapan-ucapan berikut ini :

”Paduka sampun kêlajêng kêlorob, karsa dados jawan, irib-iriban, rêmên manut nunut-nunut, tanpa guna kula êmong, kula wirang dhatêng bumi langit, wirang momong tiyang cabluk, kula badhe pados momongan ingkang mripat satunggal, botên rêmên momong paduka. … Manawi paduka botên pitados, kang kasêbut ing pikêkah Jawi, nama Manik Maya, punika kula, ingkang jasa kawah wedang sanginggiling rêdi rêdi Mahmeru punika sadaya kula, …”
  • ”Paduka sudah terlanjur terperosok, mau jadi orang jawan (kehilangan jawa-nya), kearab-araban, hanya ikut-ikutan, tidak ada gunanya saya asuh, saya malu kepada bumi dan langit, malu mengasuh orang tolol, saya mau mencari asuhan yang bermata satu (memiliki prinsip/aqidah yang kuat), tidak senang mengasuh paduka. … Kalau paduka tidak percaya, yang disebut dalam ajaran Jawa, nama Manik Maya itu saya, yang membuat kawah air panas di atas gunung itu semua adalah saya, …”
Ucapan Sabdo Palon ini menyatakan bahwa dia sangat malu kepada bumi dan langit dengan keputusan Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Gambaran ini telah diungkapkan Joyoboyo pada bait 173 yang berbunyi :
”…, hiya iku momongane kaki Sabdopalon; sing wis adu wirang nanging kondhang; …”
  • ”…, itulah asuhannya Sabdopalon; yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur; …”.
Dalam ucapan ini pula Sabdo Palon menegaskan bahwa dirinyalah sebenarnya yang dikatakan dalam kawruh Jawa dengan apa yang dikenal sebagai ”Manik Maya” atau hakekat ”Semar”.

”Sabdapalon matur yen arêp misah, barêng didangu lungane mênyang ngêndi, ature ora lunga, nanging ora manggon ing kono, mung nêtêpi jênênge Sêmar, nglimputi salire wujud, anglela kalingan padhang. …..”
  • ”Sabdo Palon menyatakan akan berpisah, begitu ditanya perginya kemana, jawabnya tidak pergi, akan tetapi tidak bertempat di situ, hanya menetapkan namanya Semar, yang meliputi segala wujud, membuatnya samar. …..”
Sekali lagi dalam ucapan ini Sabdo Palon menegaskan bahwa dirinyalah yang bernama Semar. Bagi orang Jawa yang berpegang pada kawruh Jawa pastilah memahami tentang apa dan bagaimana Semar. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa Semar adalah merupakan utusan gaib Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan Yang Maha Kuasa) untuk melaksanakan tugas agar manusia selalu menyembah dan bertaqwa kepada Tuhan, selalu bersyukur dan eling serta berjalan pada jalan kebaikan. Sebelum manusia mengenal agama, keberadaan Semar telah ada di muka bumi. Beliau mendapat tugas khusus dari Gusti Kang Murbeng Dumadi untuk menjaga dan memelihara bumi Nusantara khususnya, dan jagad raya pada umumnya. Perhatikan ungkapan Sabdo Palon berikut ini :

Sabdapalon ature sêndhu: ”Kula niki Ratu Dhang Hyang sing rumêksa tanah Jawa. Sintên ingkang jumênêng Nata, dados momongan kula. Wiwit saking lêluhur paduka rumiyin, Sang Wiku Manumanasa, Sakutrêm lan Bambang Sakri, run-tumurun ngantos dumugi sapriki, kula momong pikukuh lajêr Jawi, …..….., dumugi sapriki umur-kula sampun 2.000 langkung 3 taun, momong lajêr Jawi, botên wontên ingkang ewah agamanipun, …..”
  • Sabdo Palon berkata sedih: ”Hamba ini Ratu Dhang Hyang yang menjaga tanah Jawa. Siapa yang bertahta, menjadi asuhan hamba. Mulai dari leluhur paduka dahulu, Sang Wiku Manumanasa, Sakutrem dan Bambang Sakri, turun temurun sampai sekarang, hamba mengasuh keturunan raja-raja Jawa, …..
    ….., sampai sekarang ini usia hamba sudah 2.000 lebih 3 tahun dalam mengasuh raja-raja Jawa, tidak ada yang berubah agamanya, …..”
Ungkapan di atas menyatakan bahwa Sabdo Palon (Semar) telah ada di bumi Nusantara ini bahkan 525 tahun sebelum masehi jika dihitung dari berakhirnya kekuasaan Prabu Brawijaya pada tahun 1478. Saat ini di tahun 2007, berarti usia Sabdo Palon telah mencapai 2.532 tahun. Setidaknya perhitungan usia tersebut dapat memberikan gambaran kepada kita, walaupun angka-angka yang menunjuk masa di dalam karya-karya leluhur sangat toleransif sifatnya.

Di kalangan spiritualis Jawa pada umumnya, keberadaan Semar diyakini berupa ”suara tanpa rupa”. Namun secara khusus bagi yang memahami lebih dalam lagi, keberadaan Semar diyakini dengan istilah “mencolo putro, mencolo putri”, artinya dapat mewujud dan menyamar sebagai manusia biasa dalam wujud berlainan di setiap masa. Namun dalam perwujudannya sebagai manusia tetap mencirikan karakter Semar sebagai sosok “Begawan atau Pandhita”. Hal ini dapat dipahami karena dalam kawruh Jawa dikenal adanya konsep “menitis” dan “Cokro Manggilingan”.

Dari apa yang telah disinggung di atas, kita telah sedikit memahami bahwa Sabdo Palon sebagai pembimbing spiritual (ponokawan) Prabu Brawijaya merupakan sosok Semar yang nyata. Menurut Sabdo Palon dalam ungkapannya dikatakan :

”…, paduka punapa kêkilapan dhatêng nama kula Sabdapalon? Sabda têgêsipun pamuwus, Palon: pikukuh kandhang. Naya têgêsipun ulat, Genggong: langgêng botên ewah. Dados wicantên-kula punika, kenging kangge pikêkah ulat pasêmoning tanah Jawi, langgêng salaminipun.”
  • ”…, apakah paduka lupa terhadap nama saya Sabdo Palon? Sabda artinya kata-kata, Palon adalah kayu pengancing kandang, Naya artinya pandangan, Genggong artinya langgeng tidak berubah. Jadi ucapan hamba itu berlaku sebagai pedoman hidup di tanah Jawa, langgeng selamanya.”
Seperti halnya Semar telah banyak dikenal sebagai pamomong sejati yang selalu mengingatkan bilamana yang di”emong”nya salah jalan, salah berpikir atau salah dalam perbuatan, terlebih apabila melanggar ketentuan-ketentuan Tuhan Yang Maha Esa. Semar selalu memberikan piwulangnya untuk bagaimana berbudi pekerti luhur selagi hidup di dunia fana ini sebagai bekal untuk perjalanan panjang berikutnya nanti.

Jadi Semar merupakan pamomong yang ”tut wuri handayani”, menjadi tempat bertanya karena pengetahuan dan kemampuannya sangat luas, serta memiliki sifat yang bijaksana dan rendah hati juga waskitho (ngerti sakdurunge winarah). Semua yang disabdakan Semar tidak pernah berupa ”perintah untuk melakukan” tetapi lebih kepada ”bagaimana sebaiknya melakukan”. Semua keputusan yang akan diambil diserahkan semuanya kepada ”majikan”nya. Semar atau Kaki Semar sendiri memiliki 110 nama, diantaranya adalah Ki Sabdopalon, Sang Hyang Ismoyo, Ki Bodronoyo, dan lain-lain.

Di dalam Serat Darmogandhul diceritakan episode perpisahan antara Sabdo Palon dengan Prabu Brawijaya karena perbedaan prinsip. Sebelum berpisah Sabdo Palon menyatakan kekecewaannya dengan sabda-sabda yang mengandung prediksi tentang sosok masa depan yang diharapkannya. Berikut ungkapan-ungkapan itu :

”….. Paduka yêktos, manawi sampun santun agami Islam, nilar agami Buddha, turun paduka tamtu apês, Jawi kantun jawan, Jawinipun ical, rêmên nunut bangsa sanes. Benjing tamtu dipunprentah dening tiyang Jawi ingkang mangrêti.”
  • ”….. Paduka perlu faham, jika sudah berganti agama Islam, meninggalkan agama Budha, keturunan Paduka akan celaka, Jawi (orang Jawa yang memahami kawruh Jawa) tinggal Jawan (kehilangan jati diri jawa-nya), Jawi-nya hilang, suka ikut-ikutan bangsa lain. Suatu saat tentu akan dipimpin oleh orang Jawa (Jawi) yang mengerti.”
”….. Sang Prabu diaturi ngyêktosi, ing besuk yen ana wong Jawa ajênêng tuwa, agêgaman kawruh, iya iku sing diêmong Sabdapalon, wong jawan arêp diwulang wêruha marang bênêr luput.”
  • ”….. Sang Prabu diminta memahami, suatu saat nanti kalau ada orang Jawa menggunakan nama tua (sepuh), berpegang pada kawruh Jawa, yaitulah yang diasuh oleh Sabda Palon, orang Jawan (yang telah kehilangan Jawa-nya) akan diajarkan agar bisa melihat benar salahnya.”
Dari dua ungkapan di atas Sabdo Palon mengingatkan Prabu Brawijaya bahwa suatu ketika nanti akan ada orang Jawa yang memahami kawruh Jawa (tiyang Jawi) yang akan memimpin bumi nusantara ini. Juga dikatakan bahwa ada saat nanti datang orang Jawa asuhan Sabdo Palon yang memakai nama sepuh/tua (bisa jadi ”mbah”, ”aki”, ataupun ”eyang”) yang memegang teguh kawruh Jawa akan mengajarkan dan memaparkan kebenaran dan kesalahan dari peristiwa yang terjadi saat itu dan akibat-akibatnya dalam waktu berjalan. Hal ini menyiratkan adanya dua sosok di dalam ungkapan Sabdo Palon tersebut yang merupakan sabda prediksi di masa mendatang, yaitu pemimpin yang diharapkan dan pembimbing spiritual (seorang pandhita). Ibarat Arjuna dan Semar atau juga Prabu Parikesit dan Begawan Abhiyasa. Lebih lanjut diceritakan :

”Sang Prabu karsane arêp ngrangkul Sabdapalon lan Nayagenggong, nanging wong loro mau banjur musna. Sang Prabu ngungun sarta nênggak waspa, wusana banjur ngandika marang Sunan Kalijaga: ”Ing besuk nagara Blambangan salina jênêng nagara Banyuwangi, dadiya têngêr Sabdapalon ênggone bali marang tanah Jawa anggawa momongane. Dene samêngko Sabdapalon isih nglimput aneng tanah sabrang.”
  • “Sang Prabu berkeinginan merangkul Sabdo Palon dan Nayagenggong, namun orang dua itu kemudian raib. Sang Prabu heran dan bingung kemudian berkata kepada Sunan Kalijaga : “Gantilah nama Blambangan menjadi Banyuwangi, jadikan ini sebagai tanda kembalinya Sabda Palon di tanah Jawa membawa asuhannya. Sekarang ini Sabdo Palon masih berkelana di tanah seberang.”
Dari kalimat ini jelas menandakan bahwa Sabdo Palon dan Prabu Brawijaya berpisah di tempat yang sekarang bernama Banyuwangi. Tanah seberang yang dimaksud tidak lain tidak bukan adalah Pulau Bali. Untuk mengetahui lebih lanjut guna menguak misteri ini, ada baiknya kita kaji sedikit tentang Ramalan Sabdo Palon berikut ini.

Sumber : http://sabdopalon.wordpress.com/menelisik-misteri-sabdo-palon/

Serat Kalatidha Ronggowarsito

Guna memperlengkapi wacana kita tentang sifat dan karakter “Satrio Piningit” yang telah diurai di atas, ada baik­nya kita cermati pula Serat Kalatidha karya Ronggowarsito yang tertuang dalam Serat Centhini jilid IV (karya Susuhunan Pakubuwono V) pada Pupuh 257 dan 258. Kutipan berikut ini menggambarkan situasi jaman yang terjadi dan akhirnya muncul sang Satrio yang dinanti : 

Pupuh 257 (tembang 28 s/d 44) :
Wong agunge padha jail kurang tutur, marma jeng pamasa, tanpa paramarteng dasih, dene datan ana wahyu kang sanyata.
  • Para pemimpinnya berhati jahil, bicaranya ngawur, tidak bisa dipercaya dan tidak ada wahyu yang sejati.
Keh wahyuning eblislanat kang tamurun, apangling kang jalma, dumrunuh salin sumalin, wong wadon kang sirna wiwirangira.
  • Wahyu yang turun adalah wahyu dari iblis dan sulit bagi kita untuk membedakannya, para wanitanya banyak yang kehilangan rasa malu.
Tanpa kangen mring mitra sadulur, tanna warta nyata, akeh wong mlarat mawarni, daya deye kalamun tyase nalangsa.
  • Rasa persaudaraan meluntur, tidak saling memberi berita dan banyak orang miskin beraneka macam yang sangat menyedihkan kehidupannya.
Krep paprangan, sujana kapontit nurut, durjana susila dadra andadi, akeh maling malandang marang ing marga.
  • Banyak peperangan yang melibatkan para penjahat, kejahatan / perampokan dan pemerkosaan makin menjadi-jadi dan banyak pencuri malang melintang di jalan-jalan.
Bandhol tulus, mendhosol rinamu puguh, krep grahana surya, kalawan grahana sasi, jawah lindhu gelap cleret warsa.
  • Alampun ikut terpengaruh dengan banyak terjadi gerhana matahari dan bulan, hujan abu dan gempa bumi.
Prahara gung, salah mangsa dresing surur, agung prang rusuhan, mungsuhe boya katawis, tangeh lamun tentreming wardaya.
  • Angin ribut dan salah musim, banyak terjadi kerusuhan seperti perang yang tidak ketahuan mana musuhnya yang menyebabkan tidak mungkin ada rasa tenteram di hati.
Dalajading praja kawuryan wus suwung, lebur pangreh tata, karana tanpa palupi, pan wus tilar silastuti titi tata.
  • Kewibawaan negara tidak ada lagi, semua tata tertib, keamanan, dan aturan telah ditinggalkan.
Pra sujana, sarjana satemah kelu, klulun Kalathida, tidhem tandhaning dumadi, hardayengrat dening karoban rubeda.
  • Para penjahat maupun para pemimpin tidak sadar apa yang diperbuat dan selalu menimbulkan masalah / kesulitan.
Sitipati, nareprabu utamestu, papatih nindhita, pra nayaka tyas basuki, panekare becik-becik cakrak-cakrak.
  • Para pemimpin mengatakan seolah-olah bahwa semua berjalan dengan baik padahal hanya sekedar menutupi keadaan yang jelek.
Nging tan dadya, paliyasing Kalabendu, mandar sangking dadra, rubeda angrubedi, beda-beda hardaning wong sanagara.
  • Yang menjadi pertanda zaman Kalabendu, makin lama makin menjadi kesulitan yang sangat, dan berbeda-beda tingkah laku / pendapat orang se-negara.
Katatangi tangising mardawa-lagu, kwilet tays duhkita, kataman ring reh wirangi, dening angupaya sandi samurana.
  • Disertai dengan tangis dan kedukaan yang mendalam, walaupun kemungkinan dicemooh, mencoba untuk melihat tanda-tanda yang tersembunyi dalam peristiwa ini.
Anaruwung, mangimur saniberike, menceng pangupaya, ing pamrih melok pakolih, temah suha ing karsa tanpa wiweka.
  • Berupaya tanpa pamrih.
Ing Paniti sastra wawarah, sung pemut, ing zaman musibat, wong ambeg jatmika kontit, kang mangkono yen niteni lamampahan.
  • Memberikan peringatan pada zaman yang kalut dengan bijaksana, begitu agar kejadiannya / yang akan terjadi bisa jadi peringatan.
Nawung krida, kang menangi jaman gemblung, iya jaman edan, ewuh aya kang pambudi, yen meluwa edan yekti nora tahan.
  • Untuk dibuktikan, akan mengalami jaman gila, yaitu zaman edan, sulit untuk mengambil sikap, apabila ikut gila/edan tidak tahan.
Yen tan melu, anglakoni wus tartamtu, boya keduman, melik kalling donya iki, satemahe kaliren wekasane.
  • Apabila tidak ikut menjalani, tidak kebagian untuk memiliki harta benda, yang akhirnya bisa kelaparan.
Wus dilalah, karsane kang Among tuwuh, kang lali kabegjan, ananging sayektineki, luwih begja kang eling lawan waspada.
  • Sudah kepastian, atas kehendak Allah SWT, yang lupa untuk mengejar keberuntungan, tapi yang sebetulnya, lebih beruntung yang tetap ingat dan waspada (dalam perbuatan berbudi baik dan luhur).
Wektu iku, wus parek wekasanipun, jaman Kaladuka, sirnaning ratu amargi, wawan-wawan kalawan memaronira.
Pada saat itu sudah dekat berakhirnya zaman Kaladuka.
Pupuh 258 (tembang 1 s/d 7) :
Saka marmaning Hayang Sukma, jaman Kalabendu sirna, sinalinan jamanira, mulyaning jenengan nata, ing kono raharjanira, karaton ing tanah Jawa, mamalaning bumi sirna, sirep dur angkaramurka.
  • Atas izin Allah SWT, zaman Kalabendu hilang, berganti zaman dimana tanah Jawa/Indonesia menjadi makmur, hilang kutukan bumi dan angkara murkapun mereda.
Marga sinapih rawuhnya, nata ginaib sanyata, wiji wijiling utama, ingaranan naranata, kang kapisan karanya, adenge tanpa sarana, nagdam makduming srinata, sonya rutikedatonnya.
  • Kedatangan pemimpin baru tidak terduga, seperti muncul secara gaib, yang mempunyai sifat-sifat utama.
Lire sepi tanpa srana, ora ana kara-kara, duk masih keneker Sukma, kasampar kasandhung rata, keh wong katambehan ika, karsaning Sukma kinarya, salin alamnya, jumeneng sri pandhita.
  • Datangnya tanpa sarana apa-apa, tidak pernah menonjol sebelumnya, pada saat masih muda, banyak mengalami halangan dalam hidupnya, yang oleh izin Allah SWT, akan menjadi pemimpin yang berbudi luhur.
Luwih adil paraarta, lumuh maring branaarta, nama Sultan Erucakra, tanpa sangakan rawuhira, tan ngadu bala manungsa, mung sirollah prajuritnya, tungguling dhikir kewala, mungsuh rerep sirep sirna.
  • Mempunyai sifat adil, tidak tertarik dengan harta benda, bernama Sultan Erucakra (pemimpin yang memiliki wahyu), tidak ketahuan asal kedatangannya, tidak mengandalkan bala bantuan manusia, hanya sirullah prajuritnya (pasukan Allah) dan senjatanya adalah se-mata2 dzikir, musuh semua bisa dikalahkan.
Tumpes tapis tan na mangga, krana panjenengan nata, amrih kartaning nagara, harjaning jagat sadaya, dhahare jroning sawarsa, denwangeni katahhira, pitung reyal ika, tan karsa lamun luwiha.
  • Semua musuhnya dimusnahkan oleh sang pemimpin demi kesejahteraan negara, dan kemakmuran semuanya, hidupnya sederhana, tidak mau melebihi, penghasilan yang diterima.
Bumi sakjung pajegira, amung sadinar sawarsa, sawah sewu pametunya, suwang ing dalem sadina, wus resik nir apa-apa, marmaning wong cilik samya, ayem enake tysira, dene murah sandhang teda.
  • Pajak orang kecil sangat rendah nilainya, orang kecil hidup tentram, murah sandang dan pangan.
Tan na dursila durjana, padha martobat nalangas, wedi willating nata, adil asing paramarta, bumi pethik akukutha, parek lan kali Katangga, ing sajroning bubak wana, penjenenganin sang nata.
  • Tidak ada penjahat, semuanya sudah bertobat, takut dengan kewibawaan sang pemimpin yang sangat adil dan bijaksana.
Dari gambaran yang tertulis di dalam Serat Kalatidha di atas, maka kita akan mendapatkan gambaran yang sama dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Percaya atau tidak, kenyataannya semua yang telah digambarkan para leluhur nusantara ini telah terjadi dan sedang berlangsung serta insya allah akan terjadi, baik lambat ataupun cepat. Karena apa yang telah dituangkan para leluhur kita dalam bentuk karya sastra adalah hasil “olah batin” ataupun “perjalanan spiritual” beliau-beliau di dalam menangkap lambang-lambang-Nya di alam nyata maupun gaib. Inilah yang diistilahkan dalam kawruh jawa sebagai Sastrajendra Hayuningrat (sastra tanpa wujud – papan tanpa tulis, tulis tanpa papan). Sehingga dalam mengungkapkannya penuh dengan perlambang (pasemon ataupun sanepan). Semuanya hanya ingin mengingatkan kita anak cucu leluhur nusantara ini untuk senantiasa Eling dan Waspada.

Sumber : http://sabdopalon.wordpress.com/menyibak-tabir-misteri-nusantara/

Kamis, 24 Juli 2014

Nasip Alam Negriku 2014

Penerawangan Wangsit Siliwangi (Pajajaran) terkait cerita Walisongo sewaktu jaman Prabu Brawijaya (Majapahit)

Rangkuman Kisah Walisongo

Walisongo merupakan wali Allah penyebar agama Islam di pulau Jawa. 

Sesepuh walisongo adalah Sunan Ampel. Setelah sunan ampel wafat digantikan sunan Giri. Walisongo yang dianggap seorang ayah adalah Sunan Gresik.

SUNAN AMPEL

Syekh Ibrahim Asmarakandi memiliki putra yang bernama Sayyid Ali Murtadho dan Sayyid Ali Rahmatullah.

Sayyid Ali Murtadho terkenal dengan sebutan Raja Pandita Bima atau Raden Santri. Makamnya di Gresik. Kakak dari Sayyid Ali Rahmatullah.

Sayyid Ali Rahmatullah menikah dengan Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila puteri dari Prabu Kertabumi Majapahit.

Nama asli sunan Ampel adalah Sayyid Ali Rahmatullah sedangkan sebutannya adalah Raden Rahmat, Raden Qosim. Makamnya terletak disebelah barat masjid Ampel pada tahun 1478 M.

Kakeknya bernama Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra seorang Ahlussunnah bermazhab Syafi’i.

Neneknya bernama Dewi Candrawulan puteri Raja cempa. Kerajaan Cempa terletak di Muangthai Thailand.

Adik Dewi Candrawulan adalah Dewi Dwarawati yang menikah dengan Prabu Brawijaya.

SUNAN BONANG

Nama aslinya Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Ayahnya adalah sunan Ampel. Wafat tahun 1525 M makamnya terletak di Tuban.

SUNAN GIRI

Nama lain sunan Giri adalah Raden Paku lahir 1412 M. Setelah mendirikan pondok pesantren di gunung gresik sebutannya menjadi Syekh Maulana Ishak.

SUNAN GRESIK

Sebutannya Syekh Maulana Malik Ibrahim atau julukan dengan kakek Bantal. Wafat senin 12 rabiul awal tahun 822 H atau 1419 M.

SUNAN DRAJAT

Ayahnya raden Qosim atau sunan Ampel dengan Dewi Condrowati (Nyai Ageng Manila) puteri dari Prabu Kertabumi Majapahit.

Makamnya terletak disebelah barat museum Drajat dibukit Dalem Duwur.

SUNAN GUNUNG JATI

Ayahnya Prabu Siliwangi Padjajaran, ibunya Syarifah Muda’im. Sebutannya Syarif Hidayatullah.

Sunan gunung jati menikah dengan Nyi Kawungten puteri adipati Banten memiliki anak bernama Nyi ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking / pangeran Hasanuddin.

Sunan gunung jati menikah dengan Ong Tien seorang puteri kaisar Hong Gie dinasti Ming pengganti kaisar Yung Lo menikah tahun 1481 wafat 1485. Nama lain Ong Tien Nyi Ratu Rara Semanding.

Sunan gunung jati menikah dengan Pakung Wati.

SUNAN KALIJAGA

Nama aslinya Raden Said putera Temenggung Wilakita adipati Tuban. Ayahnya masih termasuk keturunan Ranggalawe yang beragama Hindu namun Raden Sahur atau Temenggung Wilakita beragama Islam. 

SUNAN MURIA

Nama aslinya Raden Umar Said putera dari sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Sunan muria menikah dengan Dewi Roroyono.



Catatan : Hubungan silahturahim antara kerajaan Majapahit dengan kerajaan Sriwijaya.

Cerita ini berawal dari cinta Prabu Brawijaya Kertabumi Majapahit yang begitu sangat besar terhadap Dewi Dwarawati puteri kerajaan Cempa Munghthai Thailand.  

Dewi Dwarawati merupakan adik dari Dewi Candrawulan ibunda Sunan Ampel.

Pada suatu hari perasaan Prabu Brawijaya gelisah tidak menentu akibat terpesona akan keindahan tubuh Dewi Dwarawati hingga akhirnya baliau meninggalkan istrinya yang bernama Dewi Kian yang waktu itu sedang hamil 3 bulan dalam kandungan. 

Lalu kemudian Dewi Kian menikah dengan Ario Damar memimpin kerajaan Sriwijaya. 

Dan setelah 9 bulan 10 hari lahirlah putra beliau yang sebelumnya telah dibibiti oleh Prabu Brawijaya dan diberi nama Raden Fatah pendiri kerajaan Demak.

Setelah Ario damar wafat lalu kerajaan Sriwijaya digantikan oleh murid sunan Gunung Jati yang merupakan menteri dikerajaan Tiongkok yang bernama Pai Li Bang.

Hingga waktunya tiba Raden Fatah / Raden Hasan / Raden Kota memimpin kerajaan Majapahit.

Catatan Sejarah :

1478 Majapahit diserang oleh Prabu Rana Wijaya / Girindra Wardhana dari kadipaten Kediri / keling.

1498 Majapahit Prabu Rana Wijaya tewas diserang Prabu Udara. 

1511 Malaka diduduki Portugis kemudian Raden Fatah mengutus adipati Unus/pangeran Sabrang Lor ditemani pejuang yang bernama Fatahillah. Dijaman Sultan Trenggana Fatahillah diangkat menjadi panglima perang .

1512 Prabu Udara memimpin Majapahit.

1517 Kerajaan Demak yang dipimpin Raden Fatah menyerang kerajaan Majapahit yang dikuasai Prabu Udara.


Penerawangan alam ghaib pun dimulai.


Berarti dari kisah diatas kemungkinan dari hasil kontak batin dengan leluhurku. 

Setelah aku mulai mengunci gunung merapi (penampakan lebak cawane, bocah angon) lalu aku mencoba pindahkan bahaya ke laut namun gagal lewat kegempaan. lalu aku pun didatangi berupa penampakan seperti sosok seorang petinggi kerajaan berbaju hitam bertopi hitam disekitar telinga ada hiasan jadi terlihat seperti telinganya panjang.

Dalam batin beliau berkata jangan sombong leh, ucapan untuk seorang bocah seperti aku. Memang apabila terjadi bencana siapa yang mau bertanggung jawab dari kejadian tersebut. Jangan bangga dengan orang yang telah tiada, namun tetap jadilah dirimu sendiri.

Lalu aku pun berucap istiqfhar, astaqfirrulahaladzhim. Seketika itu lengan tangan sebelah kananku ada bekas seperti terkena besi panas berbentuk hati (love). 

Sebenarnya cerita ini tidak bisa diungkapkan dengan kata - kata namun kata hati berkata takut apabila ini merupakan suatu kebaikan mengapa tidak diketahui orang lain.

Namun disisi lain aku merasa berdosa karena takut terkena fitnah dunia namun akal pikiranku berkata lain maksud hati ingin mengurangi korban bencana akibat murka alam.

Kejadian ini sebenarnya ketika aku ingin mengetahui berada dimanakah tempat peristirahat terakhir leluhurku pangeran samber nyawa. (red: belum menemukan ada cerita sejarahnya)

Jadi bisa dikiaskan ceritanya seperti ini : Setelah silahturahmi gunung merapi ke gunung sinabung kemungkinan setelah kurang lebih sepuluh bulan akan kembali normal (Allahualam) karena gunung sinabung telah bersilahturahmi ke gunung kelud, gunung slamet dan gunung.........

Suatu ketika aku membaca lewat internet. Ada kisah dari suatu pesan tersurat dari petikan semacam ramalan legenda akan terjadi 7 gunung meletus, lalu aku pun mencoba membuka takbir alam ghaib itu namun waktunya hanya hingga lebaran tahun 2014 (Allahualam).



Wangsit Siliwangi sebagai berikut :

“Dengarkan! Jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus. Disusul tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang Sunda dipanggil-panggil, orang Sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil ratu adil yang sejati”.

“Tapi ratu siapa? dari mana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala”.
“… selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong dan bahkan berkelebihan bicara”

“Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutup pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau, bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satunya datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah, setiap waktu akan berulang, itu dan itu lagi.”
 
Dari cerita diatas, gunung merapi yang berada di pulau Jawa daerah istimewa Yogyakarta bisa diamati masih satu lempeng daratan dengan gunung yang ada di alam nusantara. 
 
Kekuatan daya letus bisa diterawang dengan ilmu bejana berhubungan. suatu tekanan didaerah tertinggi bisa tersalurkan kesuatu tempat terendah yang berada disekitarnya.
 
Kejadian bencana alam gunung meletus yang sedang terjadi di tahun 2014 :

  1. Gunung Sinabung, erupsi.
  2. Gunung Marapi, leler lava.
  3. Gunung Kelud, meletus abu vulkanik.
  4. Gunung Slamet, leler lava.
  5. Gunung Sangeang Api, leler lava.
  6. Gunung Karangetang, leler lava.
  7. Gunung ………………………..
Iya hingga nanti, tidak menutup kemungkinan akan tertuju ke gunung Gede (Allahualam). Atau ada kemungkinan istilah gunung Gede disini hanya suatu kata kiasan pemberi harapan hidup (kita tunggu dekat waktu dari sekarang) 

Apa mungkin yang dimaksud disini gunung Gede merupakan gunung Merapi. Soalnya aku menerawang dekat gunung merapi tahun 2011 sewaktu sehabis gunung merapi erupsi besar tahun 2010.

Catatan : Untuk mengurangi tekanan daya letus gunung merapi itu secara alam ghaib, bisa dengan cara lewat gempa bumi. (Tiada daya kekuatan hanya seijin Allah SWT).

Apabila belum terjadi sekarang, hingga suatu saat nanti akan terjadi kejadian seperti yang sudah - sudah. Kata ramalan yg tertulis dalam wangsit Siliwangi (Allahualam).
  
Lalu dengan sendirinya zona alam ghaib itu akan tertutup kembali. 

Ehm, menurut perasaan batinku intinya ternyata ada disekitar gunung Merapi. 

Baca juga http://emha42yogya.blogspot.com/2014/03/penerawangan-penampakan-lebak-cawane.html

Siapakah Satria Piningit ? Penampakan Lebak Cawane, Bocah Angon

Assalammualaikum,

Kulon nuwun,

Akhirnya,.. sekian hari, bulan, tahun berkelana didunia maya bertanya ke mbah Google mempelajari sangkan paraning dumadi, ketemu deh data yang menceritakan tentang budaya bangsa seperti :
  • http://mataram351.wordpress.com/kitab-musasar-joyoboyo/
  • http://nurkalakalidasa.wordpress.com/2009/11/06/memecahkan-misteri-lebak-cawene-siapakah-sosok-pemuda-berjanggut/
  • http://janjinusantara.blogspot.com/2011/05/bait-terakhir-ramalan-jayabaya.html
Setelah menyelusuri cerita dahulu kala, kini perasaan batinku tidak gelisah lagi mengapa aku bisa melihat penampakan alam ghaib. 
Pernah aku bertanya kepada  pak Kyai Munir Safaat, pembimbingku saat pengajian setiap hari sabtu sehabis sholat isya masjid Al - Ghifary Kotagede Yogyakarta. 

Pertanyaannya kalo ngak salah seperti ini. Mengapa ya pak kyai aku kok bisa melihat ratu kidul, DAJJAL atau pun makhlus halus, terus kata pak Kyai itu mungkin dari leluhurmu.
Lalu aku bertanya kepada orang tuaku dan terus mencari silsilah keluarga besar dari ayahku dan ternyata aku generasi ke 22  turunan terah TIRTODIPURAN. 
http://emha42yogya.blogspot.com/2014/02/terah-tirto-dipuran_16.html
Kemudian aku pun mencoba mengerti dan memahami gambar yang aku ambil menggunakan handphone kamera merk HT, sewaktu habis ziarah kemakam nenek moyangku yang berada di pemakaman KI HAJAR SALOKA. Lokasi SELO BOYOLALI diantara puncak g. Merapi dan g. Merbabu. 
Untuk lebih yakin melihat gambar. Klik kanan lalu "save image as" setelah masuk ke "folder" lihat pake "Windows Picture and Fax Viewer" lalu setting "Zoom" gambar kaca pembesar ubah besar kecil gambar nanti juga kelihatan ada penampakan.

Penerawangan alam ghaib pun dimulai,

Pemuda gembala

 - sebelum terjadi kalimat dari wangsit siliwangi yg berbunyi:
“lalu mereka mencari anak gembala, yg rumahnya di ujung sungai, yg pintunya setinggi batu…dst”,


Wangsit Siliwangi sebagai berikut :
“Dengarkan! Jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus. Disusul tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang Sunda dipanggil-panggil, orang Sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil ratu adil yang sejati”.

“Tapi ratu siapa? dari mana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala”.


“… selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong dan bahkan berkelebihan bicara”

“Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutup pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau, bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satunya datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah, setiap waktu akan berulang, itu dan itu lagi.”


Penerawangan :
Penampakan Gunung Merapi setelah erupsi thn 2010. Setelah diedit pake "paint" muncul gambar penampakan pemuda gembala / cah angon.
 

Lebak cawene

Lebak cawene disebutkan dalam wangsit siliwangi sebagai tempat bocah angon (satria piningit) dan pemuda berjanggut pindah.
- Lebak = lembah = dasar
- Cawene = cawan = cangkir
Analisa:

- lebak cawene adalah suatu daerah yang disebut lembah yang bentuknya mirip cawan.
- lembah ada 2:
1. Lembah di darat.
2. Lembah di laut = palung.


Wangsit Siliwangi :
“Semua mencari tumbal, tapi Budak Angon (pemuda gembala) sudah tidak ada, sudah pergi bersama Budak Janggotan (pemuda berjenggot), pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!….” Namun yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati.

Setelah gambar diperhatikan lalu aku coba tarik garis penerawangan, setelah diedit pake "paint" berbentuk gambar cangkir dibadan gunung Bibi. 

Coba perhatikan gambar badan cangkir seperti ada penampakan som go kong (Pemuda berjanggut) berarti ibarat kuil berbatu diumpamakan pintu dan pegangan cangkirnya merupakan gambar sungai aliran lahar hujan yang terbentuk setelah erupsi.  

Penerawangan :

Lebak Cawane merupakan tanggul penahan lahar/material vulkanik akibat letusan gunung berapi yang aktif.

Setelah gunung merapi meletus mengeluarkan material vulkanik kearah waduk/tanggul tempat penampungan lahar ataupun bahan material vulkanik akibat letusan gunung berapi yang aktif. Perhatikan lokasinya diantara gunung bibi dan gunung merapi. 

Satria piningit pun berpikiran, jadikan Bancaan. Neng sewu, bancaan istilah kata, ibarat gunungan/tumpeng nasi kuning dimakan beramai - ramai.  Hanya orang yang mempelajari budaya mengerti dari suatu percakapan syair/serat. 

Mengerti namun belum paham. Alhamdullilah, akhirnya dari pengerukan pasir tersebut menjadikan pemasukan warga sekitar dan khusus daerah Yogyakarta menjadi tetap istimewa.   

Penampakan sosok Satria Piningit, namun siapakah beliau ?
Menurut Kitab Musarar Jayabaya
Bait 160
“Sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa ngalu-alu tumanja ana kidul wetan bener lawase pitung bengi, perak esuk bener ilange Bathara Surya njumedhul …… iku tandane putra Bathara Indra wus katon tumeka ing arcapada …. “
(Sebelumnya ada pertanda Lintang Kemukus panjang sekali tepat di arah Selatan menuju Timur lamanya tujuh malam, hilangnya menjelang pagi sekali bersama munculnya Batara Surya bebarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-karut)
 
Bait 161
“Dununge ana sikile redi Lawu sisih Wetan, Wetane bengawan banyu, andhedukuh pindha Raden Gatotkaca, arupa pagupon Dara tundha tiga, kaya manungsa angleledha”.
(Asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur, sebelah Timurnya bengawan, berumah seperti Raden Gatutkaca, berupa rumah merpati susun tiga, seperti manusia yang menggoda)
Penerawangan bait 160-161 : Untuk mengetahui zona waktu fantamorgana daerah Yogyakarta, jam sekitar pagi 10.00 / malam 22.00 wib.

Bait 168
”Mula den udia satriya iki, wus tan abapa, tan bibi, lola wus aputus wedha Jawa, mula ngandelake Trisula Wedha, landepe Trisula pucuk arupa gegawe sirik agawe pati utawa utang nyawa. Sing tengah sirik agawe kapitunaning liyan, sing pinggir-pinggir tulak tolak colong jupuk winaleran”
(Oleh sebab itu carilah satria itu yatim piatu, tak beranak saudara sudah lulus weda Jawa hanya berpedoman trisula, tajamnya trisula pucuk sangat tajam membawa maut atau utang nyawa, yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain, yang kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan).
Penerawangan : Lah iya lah, orang satriana penampakannya berada di tanggul penahan lahar antara gunung bibi dan gunung merapi. 

Seandainya lahar, material vulkanik berupa pasir dan batu kerikil tidak dikeruk ya bisa membawa maut. Wong, seumpama gunung merapi meletus lagi kalau tidak ada tanggul penahan dikhawatirkan lahar bisa langsung meluncur bebas ke pemukiman sekian kilometer dari puncak.
 
Penampakan sang ksatria sehabis marah yg dilingkari garis merah
Lalu setelah habis lebaran idul fitri thn 2013 aku dan bapakku ziarah makam lagi. Pas waktu pulang kearah barat SELO - YOGYA, aku mencari tempat yg aku foto dolo thn 2011 tengok kanan kiri, kok tidak ada rumah yang dolo aku ambil gambar. 

Oh barangkali sudah dibongkar, orang tempatnya dipinggir jalan. Tidak tahu siapa yang punya rumah.

Cobalah simak Wangsit Siliwangi :

“Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong, dan bahkan berlebihan kalau bicara.”

Seumpama Anda mencoba menelusuri lokasi tempat gambar yang aku foto, disekitar tempat sekarang ada jembatan gantung untuk jalur evakuasi.

Kalo tidak salah dekat daerah jembatan gantung yang terletak di Dukuh Sepi, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali. 

Ea,.. ketahuan deh, ternyata dimana - mana banyak orang pintarnya. 

Hasil penerawangan:

Seumpama kita tidak ingin mati cepat, perhatikan aliran darah dalam tubuh kalau lancar berarti sehat. Lalu untuk menetralkan kerja ginjal, banyakin minum air putih dan ada baiknya kita miliki rumah yang sederhana namun dijamin masuk surga. Penerawangan bocah angon bait 164 dan 168 Kitab Musasar Joyoboyo
Untuk keselamatan diri, kita cari aman saja. Masa iya kalau punya pusaka dibawa terus kemana – kemana. Apa kata dunia….

Namun demikian prediksi saya dalam memahami/mengartikan karya leluhur belumlah benar, maksud saya hanya sekedar menyampaikan, jika prediksi saya memang benar maka wajib saya sampaikan kepada masyarakat umum karena karya-karya leluhur telah menjadi bacaan umum, dan dapat menjadikan fitnah jika ini tidak disampaikan.
 
Salam persaudaraan dari saya untuk para sesepuh dan mohon maaf jika ada persinggungan dan persamaan pendapat bukan bermaksud buka rahasia tetapi marilah bantu saya untuk bangsa dan negara Indonesia tercinta ini, dan saya yakin banyak saudara-saudaraku yang juga sedang berjuang walaupun beda konsep dan saya mohon doanya agar saya bisa menemukan sesuatu yang hilang untuk bangsa dan negaraku.

Sekali lagi, mohon maaf jika tulisan saya dianggap ngawur, sebagaimana yang telah diterangkan diatas dan atas dibacanya prediksi saya ucapkan terima kasih.

Wassalam

Bangsa Nusantara Pemegang Kunci Rahasia Akhir Zaman?

Rahasia terbesar berkenaan satu bangsa yang bergerak ke dunia Timur bagi mengembangkan keturunan manusia seperti yang diperintahkan Tuhan.

Bangsa Paling Rahasia inilah yang menurunkan pelbagai bangsa Asia dari tempat asal mereka iaitu Asia Barat dan Asia Tengah di mana dari situlah bermulanya peradaban manusia.

Bangsa ini, yang merupakan pemegang rahasia akhir zaman adalah satu bangsa besar yang pernah membangun kota-kota purba dan menyertai peperangan-peperangan agung sejak surutnya Banjir Besar bersama-sama bangsa agung yang telah pupus seperti Sumerian dan Akkadian. Sesungguhnya kisah pengembaraan bangsa ini merupakan satu epik yang teramat panjang,lebih panjang dari epik Homer,The Iliad and the Odyssey.

Siapakah Bani Jawi?

Apa Misi rahasia Bani Jawi?

Siapakah bani Jawi/Jawa/Melayu?

Darimanakah asalnya Melayu itu?

Ketika ramai ilmuwan memperdebatkan kaum-kaum yang hilang seperti The Lost Tribe of Israel, Atlantis, Lemuria, Sodom and Gomorrah malah masih mencari-cari siapakah Gog and Magog, rahasia bangsa misteri ini masih terpelihara di dalam tabut rahasia sejak beribu-ribu tahun.

Tiada siapa yang tahu dari mana asalnya bangsa ini. Bagaimana bangsa ini boleh wujud di tanah paling selatan benua Asia,’di penghujung dunia’. Bangsa yang hilang masih tidur dan ditidurkan.’Di hujung dunia’,setelah penat mengembara,bangsa misteri berehat dan berehat…tidur dengan lenanya…senyap sunyi tanpa siapa mengganggu walaupun Hitler telah pergi ke Tibet mencari bangsa misteri ini, tetapi dia juga ketinggalan jejak mereka… ……

Dimanakah bangsa misteri ini meneruskan perjalanan mereka?Masih adakah masa lagi untuk menjejaki mereka?Mengapa Israel bersusah-payah membangun pangkalan dan pengaruhnya di Singapura?

Apa kaitan Cina Singapura dengan Yahudi Zionis?

Adakah terdapat apa-apa perancangan ketika Stamford Raffles menjejakkan kakinya di Pulau Singapura?

Apa hubungan Bangsa Melayu dengan Bangsa Yahudi?

Apakah dia alter Paling Rahasia Bangsa Melayu?. Apa yang terjadi 2000 tahun sebelum Masehi di antara Melayu dan Yahudi?

‘Dihujung Dunia’ bangsa ini masih nyenyak tidur!

J. Crawfurd menambah hujahnya dengan bukti bahawa bangsa Melayu dan bangsa Jawa telah memiliki taraf kebudayaan yang tinggi dalam abad kesembilan belas. Taraf ini hanya dapat dicapai setelah mengalami perkembangan budaya beberapa abad lamanya. Beliau sampai pada satu kesimpulan bahawa:

*Orang Melayu itu tidak berasal dari mana-mana, tetapi malah merupakan induk yang menyebar ke tempat lain.

Rahasia yang terpendam beribu tahun tentang satu bangsa pengembara yang mencari ‘Tanah yang Dijanjikan’ semakin lama semakin terbongkar dengan penemuan pelbagai artifak yang penuh misteri dan mengundang pertanyaan seperti penemuan keris di sebuah kuil purba di Okinawa Jepun,kendi purba yang sama di Vietnam,Kemboja dan Pahang,penemuan kota purba yang dinamakan Jawi/Jawa di Jordan dan juga penemuan keris purba di Rusia selain gendang Dong Son dan Kapak Tua Asia Tengah yang popular itu. APA MAKSUD KEPADA SEMUA MISTERI INI?….

Penemuan keris di kuil Okinawa, Jepang
 
An ancient blade of a keris found recently at the royal Enkakuji Temple grounds near the 15th century Shurijo Castle might unravel the ties the Malay world had with these southwestern islands of Japan.

Prof Takara mengatakan Kerajaan Ryukyus ( yg punya kuil) telah melakukan hub,dagang dengan (Thailand), between 1425 and 1570, Malacca (1463-1511), Patani (Southern Thailand) (1490-1543) dan beberapa wilayah di Indonesia (Palembang, Java and Sumatra) dan Cambodia.

Kota kuno Jawa di Jordania
Para arkeolog dgn metode karbon, memperkirakan usia kota tsb adalah 4 milenium sebelum masehi (4000SM), edannn!!!! http://www.jstor.org/pss/25211540

Bangsa terahsia inilah yang menurunkan pelbagai bangsa Asia dari tempat asal mereka iaitu Asia Barat dan Asia Tengah di mana dari situlah bermulanya peradaban manusia.

Bangsa ini, yang merupakan pemegang rahasia akhir zaman adalah satu bangsa besar yang pernah membina kota-kota purba dan menyertai peperangan-peperangan agung sejak surutnya Banjir Besar bersama-sama bangsa agung yang telah pupus seperti Sumerian dan Akkadian.

Ketika Ptolemy, seorang ahli geografi Yunani melukis peta semenanjung Tanah Melayu,beliau telah menamakan semenanjung ini ‘Golden Chersonese’ yang bermaksud Semenanjung Emas ketika manuskrip-manuskrip India Purba menamakan tanah ini sebagai ‘Suvarnabhumi’ iaitu Tanah Emas.Sebuah manuskrip Yahudi Purba menceritakan sumberbekalan emas untuk membangun negarakota Kerajaan Nabi Sulaiman diambil dari sebuah kerajaan purba di Timur Jauh yang dinamakan Ophir.Kajian dari manuskrip kuno Firaun Mesir dan hieroglif di dinding-dinding kuil telah mendapati bahan pengawet,kapur barus dan rempah-rempah untuk upacara ritual mengawet mayat diimport dari sebuah kawasan di sebelah Nusantara ini.

Apa yang terjadi di Nusantara beribu tahun yang silam?

Benarkah ketika Firaun-Firaun Mesir sedang membangun Piramid,bangsa yang tinggal di Nusantara masih bercawat dan melukis gambar monyet di gua-gua? Nampaknya perdagangan rempah telah berjalan beribu tahun dahulu malah bangsa misteri di Nusantara telah mampu mengeksport emas dikala kerajaan lain hanya mampu memperdagangkan kendi-kendi,gendang dan seramik purba.

ADAKAH SEJARAH YANG KITA BACA SELAMA INI BETUL-BETUL TEPAT?.

Sesungguhnya kisah pengembaraan bangsa ini merupakan satu epik yang teramat panjang,lebih panjang dari epik Homer,The Iliad and the Odyssey….

Di selat Melaka, kedua-dua kumpulan ini bertemu. Kumpulan yang tiba melalui jalan laut (yang banyak menetap di Kepulauan Indonesia) bertemu saudara mereka (kumpulan yang tiba melalui jalan darat-majoriti menetap di Semenanjung ‘Emas’ Tanah Melayu). Mereka adalah serumpun dan bersaudara. Sudah lama (ratusan tahun) mereka terpisah. Mereka berpelukan dan menangis. Ramai yang hadir melihat peristiwa paling bersejarah ini. Mungkin cucu-cicit gadis misteri yang meninggalkan selendang merah tadi ada di situ. Bangsa Keturah telah bersatu di Selat Melaka di ‘Tanah Yang Dijanjikan’ The Land of The East’.

Apakah rahasia bangsa Melayu 2500 tahun yang lalu? Apakah yang ditemui oleh rombongan kerajaan Nabi Sulaiman di Nusantara? Apakah perjanjian rahsia para Firaun di The Land of The Gods?

Anehnya,para Firaun ini mendakwa nenek moyang mereka berasal dari tanah ini,yang digelar ‘THE LAND OF THE GODS’
Sumber: http://forum.viva.co.id/sosial-dan-budaya/1648701-bangsa-nusantara-pemegang-kunci-rahasia-akhir-zaman.html

Misteri Wangsit Siliwangi dan Muksonya (Menghilang) Prabu Siliwangi


“Wangsit Siliwangi selalu mengundang rasa penasaran, sebab amanat ini penuh misteri. Salah satu ungkapan dalam wangsit disebutkan kalau pada suatu saat akan ada yang menelusuri sejarah Sunda yang sebenarnya, hanya semakin menambah rasa penasaran dari novel ini bahwa sejarah Sunda belum benar-benar terkuak.”
Ketegangan antara Prabu Siliwangi dan Pangeran Cakrabuana memuncak setelah hubungan antara Cirebon-Demak semakin mesra di satu pihak, dan di pihak lain Pajajaran sendiri mulai main mata dengan Portugis yang baru menguasai Malaka. Kemesraan hubungan Cirebon-Demak ditandai dengan dipersatukannya para putra kedua negeri itu dalam ikatan perkawinan. Sementara penjajakan kerja sama yang dilakukan Pajajaran dengan Portugis yang membuat Cirebon-Demak panas dingin, dilakukan salah satu alasannya mengantisipasi kekuatan maritim Cirebon-Demak. Pelanggaran Cirebon yang membuat Prabu Siliwangi mempersiapkan pasukan perang secara besar-besaran adalah kenyataan di mana Tumenggung Jagabaya yang diutus untuk menyelesaikan masalah justru tak kembali ke Pajajaran. Pergeseran kehidupan akibat hadirnya Islam ini, dinilai menjadi sumber petaka bagi Pajajaran.
Sejatinya ketidaksenangan Prabu Siliwangi bukan terhadap Kesultanan Cirebon dan Islam semata, melainkan karena hubungan dengan Demak yang terlalu akrab pemicu membuncahnya kemarahan. Selangkah sebelum genderang perang ditabuh, purohita Pajajaran, Ki Purwagalih mengingatkan.

″Cirebon sebenarnya bukan siapa-siapa sekalipun akhir-akhir ini sering berulah. Bukankah Syarif Hidayatullah yang menjadi Susuhunan Jati sekarang adalah putra dari Nyimas Ratu Rarasantang, putri Gusti Prabu sendiri? Bukankah Pangeran Cakrabuana yang tak lain adalah Prabu Anom Walangsungsang, putra Gusti Prabu sendiri? Bagaimana tanggapan negeri-negeri sahabat juga Portugis yang telah bersedia untuk kerja sama, jika seorang kakek memerangi cucunya sendiri dengan pasukan perang luar biasa seperti ini? Ampun Gusti Prabu, aku terlalu lancang bicara seperti ini!” jelas Ki Purwagalih menunduk makin dalam. Prabu Siliwangi mendengus pada angin.

Wangsit Prabu Siliwangi
Wangsit Prabu Siliwangi mengandung hakekat yang sangat tinggi oleh karena di dalamnya digambarkan situasi kondisi sosial beberapa masa utama dengan karakter pemimpinnya dalam kurun waktu perjalanan panjang sejarah negeri ini pasca kepergian Prabu Siliwangi (ngahyang/menghilang). Peristiwa itu ditandai dengan menghilangnya Pajajaran.

Sesuai sabda Prabu Siliwangi bahwa kelak kemudian akan ada banyak orang yang berusaha membuka misteri Pajajaran. Namun yang terjadi mereka yang berusaha mencari hanyalah 0rang-orang sombong dan takabur.

Seperti diungkapkan dalam naskah tersebut berikut ini :
”Ti mimiti poé ieu, Pajajaran leungit ti alam hirup. Leungit dayeuhna, leungit nagarana. Pajajaran moal ninggalkeun tapak, jaba ti ngaran pikeun nu mapay. Sabab bukti anu kari, bakal réa nu malungkir! Tapi engké jaga bakal aya nu nyoba-nyoba, supaya anu laleungit kapanggih deui. Nya bisa, ngan mapayna kudu maké amparan. Tapi anu marapayna loba nu arieu-aing pang pinterna. Mudu arédan heula.”

Artinya :
“Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. Dan bahkan berlebihan kalau bicara.”

Namun dalam naskah Wangsit Siliwangi ini dikatakan bahwa pada akhirnya yang mampu membuka misteri Pajajaran adalah sosok yang dikatakan sebagai ”Budak Angon” (Anak Gembala). Sebagai perlambang sosok yang dikatakan oleh Prabu Siliwangi sebagai orang yang baik perangainya.

”Sakabéh turunan dia ku ngaing bakal dilanglang. Tapi, ngan di waktu anu perelu. Ngaing bakal datang deui, nulungan nu barutuh, mantuan anu sarusah, tapi ngan nu hadé laku-lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu; mun ngaing nyarita moal kadéngé. Mémang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancagé haténa, ka nu weruh di semu anu saéstu, anu ngarti kana wangi anu sajati jeung nu surti lantip pikirna, nu hadé laku lampahna. Mun ngaing datang; teu ngarupa teu nyawara, tapi méré céré ku wawangi.”

Artinya :
”Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri de¬ngan wewangian.”

Selanjutnya dikatakan juga apa yang dilakukan oleh sosok ”Budak Angon” ini sbb :
”Aya nu wani ngoréhan terus terus, teu ngahiding ka panglarang; ngoréhan bari ngalawan, ngalawan sabari seuri. Nyaéta budak angon; imahna di birit leuwi, pantona batu satangtungeun, kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang. Ari ngangonna? Lain kebo lain embé, lain méong lain banténg, tapi kalakay jeung tutunggul. Inyana jongjon ngorehan, ngumpulkeun anu kapanggih. Sabagian disumputkeun, sabab acan wayah ngalalakonkeun. Engke mun geus wayah jeung mangsana, baris loba nu kabuka jeung raréang ménta dilalakonkeun. Tapi, mudu ngalaman loba lalakon, anggeus nyorang: undur jaman datang jaman, saban jaman mawa lalakon. Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis dipinda sukma.”

Artinya :
”Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala; Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng, tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui, tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”

Dari bait di atas digambarkan bahwa sosok ”Budak Angon” adalah sosok yang misterius dan tersembunyi. Apa yang dilakukannya bukanlah seperti seorang penggembala pada umumnya, akan tetapi terus berjalan mencari hakekat jawaban dan mengumpulkan apa yang menurut orang lain dianggap sudah tidak berguna atau bermanfaat. Dalam hal ini dilambangkan dengan ranting daun kering dan tunggak pohon. Sehingga secara hakekat yang dimaksudkan semua itu sebenarnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan sejarah kejadian (asal-usul/sebab-musabab) termasuk karya-karya warisan leluhur seperti halnya yang kita baca ini. Dimana hal-hal semacam itu karena kemajuan jaman oleh generasi digital sekarang ini dianggap sudah usang/kuno tidak berguna dan bermanfaat. Pada akhirnya yang tersirat dalam hakekat perjalanan panjang sejarah negeri ini adalah berputarnya Roda Cokro Manggilingan (pengulangan perjalanan sejarah).

Bung Karno (Presiden I Indonesia) Di Wangsit Siliwangi

Di dalam wangsit Sang Prabu Siliwangi juga dikatakan akan munculnya sosok pemimpin negeri ini dengan ciri-ciri sebagai berikut:

”Laju ngadeg deui raja, asalna jalma biasa. Tapi mémang titisan raja. Titisan raja baheula jeung biangna hiji putri pulo Dewata. da puguh titisan raja; raja anyar hésé apes ku rogahala!”

Artinya :
”Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan raja dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan raja; penguasa baru susah dianiaya!”

Siapakah sosok yang dimaksud dalam bait ini? Dia adalah Soekarno, Presiden RI pertama. Ibunda Soekarno adalah Ida Ayu Nyoman Rai seorang putri bangsawan Bali. Ayahnya seorang guru bernama Raden Soekeni Sosrodihardjo. Namun dari penelusuran secara spiritual, ayahanda Soekarno sejatinya adalah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Nama kecil Soekarno adalah Raden Mas Malikul Koesno. Beliau termasuk ”anak ciritan” dalam lingkaran kraton Solo. Pada masa kepemimpinan Soekarno banyak terjadi upaya pembunuhan terhadap diri beliau, namun selalu saja terlindungi dan terselamatkan.

Selanjutnya setelah berganti masa digambarkan bahwa semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli, memerintah sambil menyembah berhala. Kondisi ini melambangkan pemimpin yang tidak mau mengerti penderitaan rakyat. Memerintah tidak dengan hati tapi segala sesuatunya hanya mengandalkan akal pikiran/logika dan kepentingan pribadi ataupun kelompok sebagai berhalanya. Sehingga yang terjadi digambarkan banyak muncul peristiwa di luar penalaran. Menjadikan orang-orang pintar hanya bisa omong alias pinter keblinger.
Sumber: http://forum.viva.co.id/sejarah/703439-misteri-wangsit-siliwangi-dan-muksonya-menghilang-prabu-siliwangi.html